BUDAYA BURU SELATAN (NAMROLE)
KABUPATEN BURU SELATAN (NAMROLE)
Awalnya Buru Selatan merupakan bagian dari Kabupaten Buru, namun pada 24 Juli 2008 daerah ini dimekarkan sebagai kabupaten baru bersama-sama denganbeberapa lainnya, dengan Namrole sebagai ibukota kabupaten. Daerah ini memiliki luas 5,060 Km2. Denga Jumlah penduduk pada akhir tahun 2009 adalah 52,950 jiwa. Secara geografis, daerah ini terbentang pada 20. 25’ Lintang Utara – 30.55’ Lintang Selatan dan 1210 Bujur Barat – 221’ Bujur Timur, dengan batas-batas; di sebelah utara dengan Kecamatan Waeapo, Air Buaya dan Bata Bual, di sebelah selatan dengan Pulau Banda, di sebelah timur dengan Selat Manipa dan di sebelah barat dengan Pulau Buru.
Terdapat 5
kecamatan di Kabupaten Buru Selatan, yaitu; Namrole, Waesama, Ambalu, Kepala Madan
dan Leksula. Kecamatan Leksula merupakan kecamatan terbesar dengan luas 2,429
km2. Kabupaten Buru Selatan memiliki 55 desa dan 33 dusun yang tersebar di lima
kecamatan.
Letak Daerah
Daerah penelitian adalah wilayah Kabupaten Buru Selatan,
Provinsi Maluku. Secara geografis letak daerah penelitian sebelah Utara dengan Kabupaten Buru dan Laut Seram, sebelah Selatan
denganLaut Banda, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda, dan sebelah Timur denganKabupaten Buru dan Selat Manipa. Secara astronomis daerah penelitian terletak antara 2o30’00” LS hingga
5o50’00” LS dan 125o00’00” BT hingga 127o00’00” BT. Daerah penelitian mencakup areal seluas
5.060,0km2, dimana penyebarangan terluasnya (93,95% dari luas kabupaten) berada padaPulau Buru sedangkan luasan 6,05%s isanya berada pada Pulau Ambalau
Iklim
Iklim
Berdasarkan peta Zone Agro klimat Provinsi Maluku (LTA-72,
1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980), maka Kabupaten Buru Selatan
termasuk dalam tiga zone Agrok limat yaitu zone I.3, III.1, dan
zone III.2 dengan curan hujan tahunan berkisar antara 1800–3000 mm, dan memiliki 3–6 BB dan 2–3 BK
(zone C2 dan D2).
Tabel 1.1 menunjukkan kondisi iklim di Kabupaten Buru
Selatan. Periode musim hujan berlangsung selama limabulan yakni mulai dari bulan Desember sampai Maret dan
Juli.
Hasil analisis curah hujan menunjukkan bahwa Kabupaten Buru Selatan
memiliki curah hujant ahunan rata-rata 1226,1
mm. Suhu udara rata-rata perbulana berkisara ntara 25,9oC (bulan Juli dan Agustus) sampai 28.3oC
(bulan April). Suhu maksimum terendah terjadi pada bulan Juli (31,1oC) dan tertinggi pada bulan Nopember (33,4oC). Sedangkan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juli (22,3oC), dan tertinggi terjadi pada bulan Desember (24,3oC). Isiografi menggambarkan kenampakan bentangan permukaan lahan pada suatu kawasan yang luas. Fisiografi daerah penelitian terbagi atas tigaka tegori yakni fisiografi dataran, fisiografi perbukitan dan fisiografi pegunungan. Fisiografi dataran dengan lereng datar hingga bergelombang (0–15%)seluas
9308.9 hektar (1.8 %), fisiografi perbukitan dengan lereng landai hingga sangat curam (3–>50%) seluas 53663.3 hektar (10.6 %), fisiografi pegunungan` dengan lereng landai hingga sangat curam (3–>50%) seluas 443027.8 hektar (87.6 %).
Kondisi Tanah
Jenis tanah yang terdapat di
Kabupaten Buru Selatan adalah ;Tanah Regosol (Psamments) dengan kedalaman soluas sedang sampai dalam, dan penggunaan lahan yang umumnya ditemukan adalah kelapa, dan tanaman campuran. Vegetasi khusus yang ditemukan seperti ketapang, waru dan jenis vegetasi bawah seperti pescap reae.
Tanah Aluvial (Fluvents),
dengan kedalaman sebelum sedang sampai dalam, berdrain sebaik hingga agak buruk dan bertekstur sedang dengan penggunaan lahan kelapa, kebun campuran, dan ladang. Tanah Gleisol
(Aquents/Aquepts), dengan kedalaman solum sedang sampai dalam, berdraina seagak buruk hingga sangat buruk dengan penggunaan lahan kelapa dan ladang. Vegetasi khusus yang ditemukan adalah sagu, dan nipah. Tanah Litosol (Lithickor thents), tanah ini bertekstur sedang dan berdraina sebaik dan memiliki kedalaman solum sangat dan gkal serta terdapat singkapan batuan.Vegetasi yang
ditemukan adalah hutan primer dan hutan sekunder.
Tanah Rensina (Rendolls), dengan solumdangkal sampai sedang dengan tekstur sedang hingga halus dan berdraina sebaik. Penggunaan lahan yang ditemukan adalah tanaman campuran, hutan primer dan hutan sekunder. Tanah Kambisol (Tropepts), dengan solum sedang sampai dalam, berdraina sebaik, dengan tekstur halus sampai agak kasar. Penggunaan lahan yang ditemukan adalah tanaman campuran (tanaman tahunan, dan ladang) sertahutan primer
dan hutan sekunder.
Tanah Brunizem (Udalfs), dengan solum dalam hingga sangat dalam, berdraina sebaik, dengan tekstur halus. Penggunaan lahan yang ditemukan adalah tanaman campuran dan ladang, serta hutan primer dan hutan sekunder.
Tanah Podsolik (Udults),
dengan solum dalam hingga sangat dalam, berdraina sedalam dengan tekstur halus. Vegetasi yang ditemukan adalah kebun campuran, dan ladingse rtahutan primer dan hutan sekunder.
Penduduk dan Angkatan Kerja
Berdasarkan data registrasi penduduk jumlah penduduk di Kabupaten Buru
Selatan sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 52.949 jiwa dengan uraian padamasing-masingkecamatansebagaiberikut: KecamatanKepala Madan
9.343 jiwa yang terdiri dari 4.803 jiwa laki-laki dan 4.540 jiwa perempuan; Kecamatan Leksula sebanyak 15.863 jiwa yang
terdiri dari 8.332 jiwa laki-laki dan 7.531 jiwa perempuan; Kecamatan Namrole sebanyak 8.547 jiwa yang
terdiri dari 4.465 jiwa laki-laki dan 4.082 jiwa perempuan; Kecamatan Waisama sebanyak 9.689 jiwa yang
terdiri dari 5.008 jiwa laki-laki dan 4.681 jiwa perempuan; Kecamatan Ambalau sebanyak 9.507 jiwa yang
terdiri dari 4.951 jiwa laki-laki dan 4.556 jiwa perempuan.
DAERAH TUJUAN WISATA
Pulau Tomoho terletak di kecamatan
Kepala Madan. Nama “Tomoho” diberikan oleh para leluhur yang berarti “Kewang
Darat” (penjaga pulau). Pulau ini sangat unik serta memiliki pemandangan yang
menakjubkan pada saat matahari terbit. Pulau Tomoho dapat dicapai dengan
speedboat dari Biloro sejauh 200 M.
2. Air Jin
Air Jin berjarak sekitar 200 M dari Pulau Tomoho. Sumber mata airnya keluar
dari dalam sebuah lubang batu karang di kaki Gunung Kepala Madan. Menurut mitos
dari masyarakat setempat, air ini dilindungi oleh tiga putri yang konon hidup
di Gunung Kepala Madan. Air ini dikonsumsi oleh masyarakat setempat untuk
kebutuhan sehari-hari. Berjarak sekitar 300 M dari desa Biloro dan Pulau
Tomoho, serta dapat dicapai dengan menggunakan speedboat atau perahu
tradisional.
3. Air Babunyi
Para penduduk biasanya menyebut tempat
ini sebagai “Wae Gogon”. Wae berarti air dan Gogon berarti bunyi, yang
apabila kedua kata ini disatukan menjadi “Air Babunyi”. Tempat ini sangat
menarik untuk dikunjungi. Alkisah tempat ini dijaga oleh seorang putri muda.
Lokasinya yang berjarak 500 M dari Leksula dapat dicapai dengan menggunakan
speedboat.
4. Pantai Masnana
Merupakan pantai indah berpasir putih yang terletak di dusun Masnana,
Kecamatan Namrole. Dusun Masnana sebelumnya dikenal dengan nama “Bohi” yang
berarti bawah atau hilir, namun berdasarkan pertimbangan dari para tetua adat,
namanya kemudian diganti menjadi Masnana. Pemberian nama ini disesuaikan dengan
air yang mengalir di depan dusun. Diyakini bahwa air ini dijaga oleh seorang
putri, yang pada waktu-waktu tertentu putrid ini akan keluar untuk mandi. Putri
ini konon tinggal tepat di pintu masuk dusun Masnana.
Pantai Pasir Putih
Pantai pasir putih dengan segala keindahan panorama alam ini merupakan
tempat yang tepat untuk berenang dan memancing. Pantai ini terletak di desa
Pasir Putih, kecamatan Kepala Madan. Diperlukan waktu kira-kira satu setengah
jam menggunakan speedboat dari desa Air Buaya ke pantai ini.
5. Pulau Oki
Pulau ini
terletak di sebelah timur Desa Oki Lama, Kecamatan Namrole. Pulau ini
dikelilingi oleh pantai berpasir putih, pemandangan bawah laut yang indah dan
terumbu karang yang mempesona. Para nelayan biasanya mampir di pulau ini. Pulau
Oki berjarak 1 Mil menyeberang dari Pantai Wali di Namrole. Seseorang harus
menggunakan perahu tradisional atau speedboat, dibutuhkan waktu 20 menit untuk
mencapai pulau ini.
6. Pantai Wali
Pantai Wali
terletak di Desa Wali, Kecamatan Namrole. Selain keindahan pantai, tempat ini
juga memiliki batu karang bersejarah sesuai perjanjian para leluhur (Batu Batas
Desa Wali). Nama “Wali” berasal dari dialek Buru yang berarti menantu.
Komentar